Jumat, 08 Juni 2012

CERITA NARUTO CHAPTER 582 :Rencana Rahasia Itachi

Sebelumnya kabuto yang menggunakan mode sannin tampak bisa menghindari kolaborasi serangan itachi dan sasuke dengan mudah.

dalam keadaan mendesak itachi merencanakan sebuah rencana besar.

sebuah jutsu yang bisa menentukan takdir 'izanami',
kinjutsu telah di persiapkan.....

"Jutsu yang menentukan takdir seseorang? Masih ada jutsu lain yang sebanding dengan Izanagi!?" Sasuke bertanya- tanya.

"Aku tak mengerti apa yang ingin kalian lakukan ...
Tapi apapun itu, ku rasa akan percuma mengingat posisiku sekarang ..." Ucap Kabuto.
"Kelihatannya, kalian masih belum mengerti, siapa diriku yang sekarang ..." kabuto benar-benar percaya diri.
"Senpou - Muki Tensei!!" Kabuto kemudian merapal sebuah jutsu. Dan dengan jutsu itu, tiba-tiba batu-batu berujung tajam di sekitar gua itu serasa berubah menjadi hidup, dan mereka menyerang Sasuke dan Itachi,

"!?" Sasuke dan Itachi mencoba melakukan sesuatu. Namun terlambat,
bebatuan tajam itu berhasil menjepit Itachi. Sasuke hampir mengalami nasib yang sama. Namun untungnya, Itachi melindunginya dengan tangan Susano'o miliknya.

"Itachi!" Teriak Sasuke.
"Jutsu ini memberi nyawa pada benda mati dan kemudian mengontrolnya..." Jelas Kabuto.
"Ini berbeda dari jutsu yang bisa dengan mudah dikontrol menggunakan chakra ... Benar-benar luar biasa, bukan?" Lanjutnya.

"Melindungi sasuke dengan Susano'o memperlambat gerakanmu ... Ayolah, kau tak perlu khawatir ... Aku tak akan menyakiti Sasuke, sebab dia adalah bahan percobaanku yang berharga" Ucap Kabuto lagi.

"Dan sekarang yang harus ku lakukan adalah menulis ulang isi kepalanya ...
Kau bisa membayangkan apa yang akan terjadi setelah ini bukan?" Kabuto berlari hendak mendekat ke mereka berdua. Akan tetapi, Sasuke tak diam saja dan mengeluarkan "Amaterasu!!"
*wuuzzz...
Api hitampun muncul mengelilingi sasuke - itachi dan menjadi benteng pertahanan.

"Begitu ya ...
Jadi jutsu mata menyerang terkuat bisa juga dijadikan pertahanan terkuat ...
Panas dari api ini bahkan membuat batunya kembali ke wujud semula" Ucap Kabuto.

"Maafkan aku, Sasuke ..." Itachi sekarat,
tapi untungnya dia Edo Tensei.

"Maaf, tapi akulah pemenangnya ... Aku bisa mencptakan mahluk dan mengendalikannya ...
Aku tak bisa membayangkan aku kalah ...
Seluruh pengetahuan tentang alam yang dipelajari oleh Orochimaru, telah menjadi milikku ...
Dari manusia menjadi ular ...
Dari ular menjadi naga ...
Akulah manusia yang paling mendekati Rikudou Sennin ...
Dibanding denganku, Klan Uchiha bukanlah apa-apa ..." Ucap sombong Kabuto.

"Mengocehlah sesukamu!! Kau tak tahu apapun tentang Uchiha!!!" Teriak Sasuke.
"Dengar, Uchiha itu ..."
"..." Itachi menghentikan Sasuke.
"??"
"..." Itachi ingin Sasuke lebih bersabar.

"Itachi, kau benar-benar mengingatkanku pada diriku yang dulu ..." Ucap Kabuto.
"Dan itulah kenapa kau akan kalah" Ucap Itachi.
"Kau tahu ... Aku bukan lagi orang yang melihat dari pojokan sekarang ...
Tapi akulah tokoh utama dalam perang ini sekarang ...
Aku memanfaatkan Akatsuki, bahkan berhadapan dengan Uchiha bersaudara ..." Ucap Kabuto.
"Aku merasa kau itu sangat berbeda denganku" Ucap Itachi yang bangun perlahan.

"Tapi di waktu yang sama, aku bersimpati padamu ... Pada akhirnya, kau adalah seorang mata-mata dan kau hidup di Dunia kebohongan dimana seharusnya aku berada ...
Sebenarnya aku juga tak bisa memahami siapa aku sebenarnya" Ucap Itachi.

"Dan sekarang aku merasa, bisa mengetahui siapa aku yang sebenarnya mungkin merupakan kunci menuju kesempurnaan ...
Karena itu berarti aku akan mengetahui apa yang bisa dan apa yang tak bisa aku lakukan" tambah itachi.

"Hah, itu adalah kata-kata yang dikatakan oleh seorang pecundang" Ucap Kabuto.
"Bukankah mencaritahu apa yang tak bisa kau lakukan sama saja dengan menyerah?" Lanjutnya.

"Tidak, kau salah ..." Ucap Itachi.
"Itu berarti ... Untuk memafkan dirimu sendiri atas apa yang tak bisa kau lakukan" jelas Itachi.
"Teman-temanmu ada untuk mengisi apa yang tak bisa kau lakukan ... Dan untuk mencegah apa yang salah kau lakukan" Itachi teringat akan Naruto.
"Kalau kau ingin tahu siapa dirimu yang sebenarnya, kau harus melihat dirimu sendiri dan mengetahui apa yang kau lihat ... Itulah yang tak bisa aku lakukan ... Aku berbohong pada orang lain dan bahkan pada diriku sendiri" Ucapnya.
"..." Kabuto terdiam.

"Dan seseorang yang tak bisa mengetahui dirinya sendiri berarti orang yang gagal ...
Sama seperti aku di masa lalu" Ucap Itachi lagi.

"Kau tak tahu apapun tentang aku ... Aku telah menghabiskan hidupku dulu untuk mencaritahu siapa jati diriku ...
Dengan jalanku sendiri" Kabuto kemudian teringat akan masa lalunya...

---- *flashback----

Di sebuah tempat dekat kota yang tampaknya merupakan bekas perang,
seorang bocah kecil yang terluka (Kabuto kecil) bersandar di sebuah pohon. Dan kemudian, sebuah kelompok yang terdiri dari satu perempuan dewasa dan anak-anak menghampirinya.

"Bocah ini pasti dari kota bekas perang itu ..." Ucap salah seorang anak.
"Apa yang harus kita lakukan kak? Ada darah keluar dari kepalanya ... Dia akan segera mati" Ucap yang lain ke si perempuan.
"Apa kau akan membawanya bersama kita?" tanyanya lagi..

"Urushi ... Lukanya tak separah yang kau katakan ...
jangan khawatir, aku tahu beberapa ninjutsu medis" perempuan tadi mengobati luka Kabuto kecil.
"?" Perlahan Kabuto sadar, namun belum berbicara.

"Bagaimana orang tuamu? Siapa namamu?" perempuan berkacamata itu bertanya.
"..." Kabuto tetap diam.
"Dia tak tahu apa-apa" Ucap salah seorang anak, (Urushi).

"Urushi, pinjamkan bahumu dan bantu dia bangun"
"Kau tahu, kau beruntung ... Ayolah, pegang tanganku" Ucap Urushi.

["Itulah hal paling awal yang bisa ku ingat ...
Aku tak ingat apapun sebelum itu ... Aku tak tahu siapa orangtuaku, bahkan tak tahu siapa namaku"] jawab kabuto.

..........
Setelahnya, Kabuto kecil dibawa menuju sebuah bangunan oleh kelompok tadi.
Ke sebuah bangunan yang di dalamnya terdapat cukup banyak anak-anak, kelihatannya sejenis panti asuhan.

"Lukamu sembuh dengan baik ..." Ucap perempuan tadi.
"Setidaknya bilanglah terimakasih ... Apa kau tak tahu Tata Krama?" celanya.
"Hei kau ... coba pakai ini ... Siapa tahu terjadi sesuatu lagi pada kepalamu" Urushi usil dan memakaikan sebuah topi baja ke kepala Kabuto.
"Ukkh" Kabuto tak banyak bersuara dan terus diam, tampak masih kebingungan dengan wajah yang masih sangat polos.
"Mulai sekarang kau akan tinggal disini ...
Dengan kata lain, mulai sekarang aku akan menjadi ibumu ...
Kau boleh bertanya apa saja padaku" Ucap perempuan berkacamata itu.

"Hmm, tapi apa tak masalah kalau ia tak punya nama?" Seorang anak bertanya.
"Benar juga, bagaimana kalau ia kita berinama??
Hmm ...
Bagaimana kalau ...
Kabuto? (kabuto berarti helm dalam bahasa jepang)"

"..." Kabuto kecil tersenyum.
"Ah!!! Dia tersenyum!!!
Dia pasti menyukai nama itu!!!"
"Baguslah ..."

Malam harinya ...
Semua anak tampak sudah tidur. Keculai satu, Kabuto kecil ...
Ia masih termenung dan teringat kata- kata :
("Setidaknya bilanglah terimakasih ... Apa kau tak tahu Tata Krama?")


Kabuto bangun dan berdiri, bersiap untuk pergi ke suatu tempat.
Akhirnya, ia sampai di depan pintu dan kemudian terdiam. Terdengar suatu percakapan dari balik pintu, tampaknya para orang dewasa, termasuk si wanita berkacamata.

"Kita tak akan bisa melakukannya lagi kalau hanya mengandalkan bantuan dari Desa dan Negara ...
Kita harus bernegosiasi dengan mereka lagi"
"Mereka tetap tak akan memberi kita lebih dari ini"
terlihat para pengurus panti itu tampak sedang mengalami masalah ekonomi.

"Tapi cuma itu yang bisa kita lakukan ... Kita bahkan memiliki anak baru lagi sekarang"
"..." Dari balik pintu, Kabuto terus terdiam.
"Baik ... Akan ku coba melakukan sesuatu ... Jadi kumohon ..."
"Ouch!!!!" Tanpa sengaja Kabuto mengeluarkan bunyi.
"!!!??" Orang-orang dewasa jadi kaget dan lalu membuka pintu.

"Kau masih bangun!!?? Apa yang kau lakukan!? Ini waktunya untuk tidur!!!!" tanya pemuda tadi.
"...!" Kabuto kecil ketakutan.
"Anak ini anak baru ... Jadi belum tahu jadwal dan peraturannya ...
Jadi, ku mohohn maafkan dia" Pinta si perempuan berkacamata.
"Huh, kau itu terlalu ramah ...
Kau, ikutlah denganku dan lihat jam itu!" Si pengurus, perempuan yang agak gemuk memperlihatkan Kabuto kecil pada jam yang menunjukan pkl 09:20.

"Ini sudah dua puluh menit lebih dari jam malam ...
Jadi, jam berapakah jam malamnya?"
"..." Kabuto melihatnya dengan seksama,
namun ia tak mampu menjawab. "Ayolah, jam berapa?
Bilang dan ingatlah ..."
"..." Kabuto terus memperhatikan jam dengan lebih seksama, namun tetap saja ia tak bisa menjawab.
"Ku pikir dia masih terlalu kecil untuk bisa menghitung dan membaca jam ...
Jadi biarkan saja dia sendiri hari ini" Ucap pengurus lainnya, seorang lelaki tua.

"Jam sembilan" Ucap Kabuto tiba2 bicara.
"Eh?" Dua pengurus tadi kaget.
"Benar" Ucap si perempuan berkacamata sambil tersenyum.

Kini perempuan itu tak lagi memakai kacamata, ia memakaikan kacamata itu pada Kabuto.
"Haha, jadi dia memiliki penglihatan yang buruk ya ... Dia cukup pintar di usianya ... Dia cuma butuh kacamata" Ucap si pengurus, lelaki tua.
"Kita tak punya uang untuk itu ... Kalau kau tak bisa melihat, bilang saja" Kabuto hendak melepas kacamatanya dan mengembalikan itu ...
Akan tetapi, si perempuan mencegatnya.

"Sekarang kau akan tepat waktu ... Ku harap lensanya cocok untukmu" Ia memberi kacamata itu.
"..." Kabuto kecil terdiam. Dan perlahan, ia menangis, terharu.
"Terimakasih ... Hiks hiks" Ucapnya dengan nada tangis.
"Terimakasih .... Terimakasih" Kabuto kecil melepas semua bebannya selama ini.
"Tidak apa-apa ..." "Karena sejak awal....." Ucap si perempuan.

----- Flashback Berakhir -----

"Namaku adalah sebuah kode ... Kacamataku hanyalah sebuah alat ..." guman Kabuto

"Karna sejak dari awal ... Aku bukanlah siapa-siapa ...
Dan aku tidak memiliki apa-apa" Ucap Kabuto teringat perkataan wanita yang memberikan kaca matanya tadi.

[Side teks : kabuto mengatakan kebenaran tentang dirinya]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar